Diskusi "Memaknai Demokrasi Pemilu Berintegritas" dan Bedah Buku “Selebritisasi Politik
Jumat, 13 Mei 2016
kpud-sidoarjokab.go.id-Jajaran komisioner KPU Kabupaten/Kota se-Jawa Timur menghadiri diskusi bertema "Memaknai Demokrasi Pemilu Berintegritas" dan bedah buku berjudul “Selebritisasi Politik“ karya Dr. Sufyanto, Ketua Bawaslu Provinsi Jawa Timur, pada Kamis (12/5). Diskusi dan Bedah Buku tersebut merupakan acara yang digelar oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Jawa Timur bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida).
Bertempat di Pena Hall, Gedung Graha Pena Surabaya, diskusi dan bedah buku tersebut dibuka secara langsung pada pukul 13.30 WIB oleh Dr. H. Zulkifli Hasan, SE, Ketua Umum PAN, sekaligus Ketua MPR RI. Sederet tokoh hadir dalam acara ini menjadi nara sumber, antara lain, Prof Muhammad (Ketua Bawaslu Republik Indonesia), Arief Budiman, MBA (Anggota KPU Republik Indonesia), Dr. Biyanto, Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, dan Ketua Bawaslu Provinsi Jawa Timur sekaligus penulis dari buku“Selebritisasi Politik“, Dr. Sufyanto. Bertindak sebagai moderator adalah dosen Universitas Trunojoyo Bangkalan yang pernah menjabat sebagai anggota KPU Kabupaten Sidoarjo Tahun 2011-2014, Fatekhul Mujib S.Ag., M.Si. Selain diikuti oleh jajaran komisioner KPU Kabupaten/Kota se-Jawa Timur, acara diskusi dan bedah buku ini juga diikuti oleh peserta dari berbagai macam latar belakang, antara lain, dari LSM, mahasiswa, dosen, penyelenggara pemilu, dan media massa.
Dalam sambutannya, Zulkifli Hasan menyampaikan bahwa Indonesia sudah 18 tahun berbenah diri untuk terus memperbaiki demokrasinya. Demokrasi di Indonesia, secara teknis, mengalami percepatan luar biasa. Prosedurnya semakin membaik, dan itu menurut Zulkifli sudah dapat kita rasakan. “Tapi secara substansi tujuan kita berdemokrasi adalah berdaulat untuk rakyat, dan tentunya bertujuan untuk kesejahteran rakyat. Namun kenyataannya, sekarang ini demokrasi mahal. Dan, ini berdampak pada ekonomi biaya tinggi,” kata Zullkifli Hasan.
Sementara itu, Ketua Bawaslu Republik Indonesia, Muhammad, dalam sambutannya menyampaikan bahwa untuk mewujudkan demokrasi yang berintegritas, semua pihak yang terlibat dalam demokrasi pemilu itu harus punya kemauan. Muhammad memaparkan, setidak-tidaknya ada 4 syarat untuk memaknai demokrasi itu berintegritas, pertama, Regulasi yang jelas dan tegas, Kedua, peserta pemilu yang kompeten, Ketiga, Birokrasi yang netral, dan yang keempat, penyelenggara pemilu yang berintegritas. “Keempat parameter ini memiliki keterkaitan satu sama lain yang sangat erat bagi terwujudnya demokrasi yang berintegritas. Sehingga harus diupayakan agar masing-masing syarat itu ada dalam pembangunan demokrasi di negara kita,” urai Muhammad.
Di lain pihak, Anggota KPU RI, Arief Budiman dalam paparannya menyampaikan bahwa buku karya Dr. Sufyanto dengan judul Selebritisasi Politik ini merupakan buku yang sangat menarik, karena di dalamnya mengkaji secara mendalam, kaitan antara Data belanja iklan kampanye dengan hasil perolehan suara dalam Pemilu. “Tidak selamanya biaya iklan kampanye yang banyak akan diikuti oleh perolehan suara yang banyak pula. Karena boleh jadi setiap pemilih yang menerima uang politik dari berbagai peserta pemilu justru sama sekali tidak menggunakan hak pilihnya,” ucap Arief. Lebih lanjut Arief menjelaskan bahwa media massa tidak begitu besar mempengaruhi pilihan politik masyarakat saat pemilu, terutama di Jawa Timur, sebagaimana dijelaskan pula dalam buku karya Dr. Sufyanto. “Tetapi justru yang lebih mempengaruhi pilihan politik masyarakat itu adalah model komunikasi langsung, misalnya, pertemuan tatap muka, dan pertemuan terbatas,” tandas Arief.
Dr. Biyanto sebagai narasumber terakhir menyampaikan bahwa politik itu butuh biaya tinggi. “Sehingga dulu ada adigium atau istilah orang miskin tidak boleh sakit, orang miskin tidak boleh bodoh, sekarang perlu ditambah lagi,orang miskin tidak boleh berpolitik,”papar Biyanto. Untuk itu, masih menurut Biyanto, jangan sampai masyarakat menjadi pemilih yang sakit. “Artinya janganlah suara kita digadaikan kepada orang yang punya banyak uang dan berkuasa tetapi sama sekali tidak punya adab dan tidak beretika,” tutupnya.
Dalam diskusi ini juga diisi dengan sesi tanya-jawab antara para peserta dan narasumber yang pada intinya mendiskusikan bagaimana cara merumuskan dan memformulasikan sistem politik di Indonesia menjadi lebih sehat dan bermartabat.(fah)